Liangkabori Resmi Jadi Cagar Budaya Sultra: Jejak Prasejarah yang Menyatu dengan Alam Muna

Kendari – Gua prasejarah Liangkabori di Desa Liang Kobori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, akhirnya resmi ditetapkan sebagai Cagar Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara. Keputusan ini lahir dalam sidang Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sultra yang dipimpin Dr. La Ode Taalami, bersama sejumlah akademisi dan pakar sejarah terkemuka.

Dalam sidang tersebut, para ahli menilai usulan sejumlah situs dari empat daerah, yakni Kota Baubau, Buton Selatan, Kolaka Timur, dan Muna. Namun, dari seluruh pengajuan, hanya Liangkabori yang berhasil lolos verifikasi dan dianggap layak menyandang status Cagar Budaya.

Menurut Dr. La Ode Taalami, penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan keunikan, nilai sejarah, hingga potensi pelestarian dan pengembangan.

“Liangkabori menyimpan banyak misteri masa lalu yang penting untuk diungkap. Dengan status baru ini, kita berharap masyarakat dan pemerintah semakin sadar akan pentingnya pelestarian budaya,” ungkapnya, Jumat (18/7/2025).

Tak hanya bernilai sejarah, Liangkabori juga menyimpan daya tarik wisata dan penelitian. Dinding gua yang dihiasi lukisan prasejarah menjadi saksi bisu kehidupan nenek moyang Muna ribuan tahun lalu. Bentuk-bentuk figur manusia, hewan, hingga simbol-simbol misterius masih terjaga di dalamnya, memberikan ruang luas bagi penelitian arkeologi dan interpretasi budaya.

Wakil Bupati Muna, La Ode Asrafil bersama tokoh adat setempat turut hadir dalam proses verifikasi. Penetapan ini, bagi masyarakat Muna, bukan sekadar pengakuan formal, melainkan kebanggaan sekaligus tanggung jawab untuk menjaga warisan leluhur.

Ke depan, Liangkabori diproyeksikan bukan hanya sebagai pusat riset arkeologi, tetapi juga destinasi wisata budaya yang mampu mendongkrak perekonomian lokal. Dengan pengelolaan yang tepat, gua ini bisa menjadi magnet baru wisata Sulawesi Tenggara sekaligus memperkuat identitas Muna sebagai daerah kaya sejarah dan tradisi.

# Bagikan informasi ini kepada teman Anda